CATATAN PERJALANAN : PERJUANGAN MENUJU PULAU SEMPU
3-5 Januari 2015
Segara Anakan
Pulau Sempu adalah wisata yang memikat dan sekarang lagi naik daun di kalangan traveler. Letaknya di Malang Selatan. Pulau Sempu yang keadaannya masih perawan dan tidak berpenduduk ini adalah merupakan salah satu cagar alam yang harus dilindungi. Dan inilah buah dari perjuangan menuju Pulau Sempu, surga kecil yang membuat semua orang ingin melihatnya. Sebuah segara anakan dengan hamparan pasir putih. Woww...kereenn !!!
Dengan rasa penasaran yang cukup dalam, aku mengajak team adventure yang tergabung dalam FAZDHIANA ADVENTURE untuk mengadakan perjalanan ke Pulau Sempu, Malang Selatan. Dengan niat camping, kami berlima belas berangkat menuju Pantai Sendang Biru. Berangkat dari Jember, pukul 21.00 WIB malam melewati jalur Piket 0 yang lebih dekat dengan Kota Dampit, Malang Selatan. Sampai Dampit kira-kira pukul 02.00 WIB dini hari. Lalu kami langsung menuju Pantai Sendang Biru. Ternyata jauh juga, perjalanannya memakan waktu hampir 3 jam. Sampai Sendang biru, kami masih mencari sarapan dan prepare ganti kostum plus jas hujan. Karena waktu itu pas hujan deres banget. Sambil menunggu kapal yang mau mengantar kami menyebrang, kami melihat-lihat areal pantai ini. Kami membayar kapal Rp. 170.000,- untuk menuju ke Pulau Semut.
Pulau Semut
Setelah sampai di Pulau Semut, kami berdoa dan bersiap-siap berjuang menyusuri jalan yang penuh lumpur dan licin banget. Menurut cerita orang-orang yang pernah kesini, jalan menuju Pulau Sempu sekitar 2 sampai 3 jam. Bisa dibayangkan, jalur trekking ke Pulau Sempu pada waktu musim hujan begini sangatlah licin. Jadi tidak mungkin kami sampai dalam waktu secepat itu. Prediksi kami malah sampai segara anakan sekitar 5 jam.
Trekking ke Pulau Sempu pas hujan
Jalan yang mengerikan
Berhenti sejenak melepas lelah
Perjalanan yang mengerikan, menyusuri hutan lepas tanpa alas kaki itulah yang membuat kami lama berjalan. Strategi yang salah. Inilah pengalaman pertama kali menuju Pulau Sempu. Penuh perjuangan baik fisik maupun tenaga. Untungnya sudah tidak hujan lagi, jadi kami bisa berjalan tanpa memakai jas hujan. Banyak pohon dan ranting patah. Kami menikmati setiap perjalanan ini, sampai akhirnya kami melewati pos-pos terakhir. Jalan yang berupa tebing-tebing yang bisa dilewati satu orang saja. Akhirnya sampai juga kami di Segara Anakan. Hampir lebih dari 5 jam kami berjalan menyusuri hutan dan tebing tanpa alas kaki. It's Amazing !!!
Sampai di Segara Anakan
Pukul 16.00 WIB kami sampai dan segera membuka perbekalan, mendirikan tenda, dan mulai masak-masak terutama masak air untuk menghangatkan badan. Kami persiapan beli aqua banyak banget, karena di Pulau tidak ada warung ataupun air tawar untuk minum dan masak. Setelah itu kami berlomba-lomba lari menuju segara anakan untuk mandi dan membersihkan diri. Hmm, segernya....meski hawa sudah mulai dingin, sehingga airnya pun ikut dingin.
Airnya jadi keruh kena lumpur...hikss
Senengnya bertemu air setelah bertemu lumpur
Setelah puas bermain air laut
Pas malam tiba, suasana tambah seru karena banyak pengunjung yang datang dan juga nge camp ramai-ramai di Pulau ini. Jadi kami gak kesepian malam ini, karena air laut mulai pasang dan suara petir mulai datang. Yah, hujan ternyata...akhirnya kami berlindung di tenda masing-masing. Untungnya hujannya pengertian..hehehe. Cuma sebentar saja hujan datang, akhirnya kami bisa mengobrol diluar tenda sambil diiringi suara ombak dari seberang sana. Segara Anakan adalah sebuah laguna atau air laut yang terkurung di
daratan dan dibatasi dengan bukit-bukit dan batu karang yang
mengelilinginya.
Air laut yang masuk ke dalam Segara Anakan berasal dari karang yang
tengahnya berlubang dengan diameter sekitar 2 meter. Setiap ada
terjangan ombak, air laut tersebut masuk ke dalam Segara Anakan melalui
lubang tersebut dengan menghasilkan busa putih yang selalu dinantikan
oleh para pengunjung untuk bermain dan berfoto.
Akhirnya pagipun tiba, kami terbangun dan membuka mata menyaksikan sesuatu yang benar-benar indah. Inilah ternyata surga yang terbayarkan melalui perjalanan yang membutuhkan perjuangan. Kami beramai-ramai segera menceburkan diri ke laut yang tak berombak. Sebelum akhirnya kami meninggalkan Pulau Sempu.
Samudra hindia yang begitu luas
Melihat Segara Anakan dari atas bukit
I love Sempu..I'll be back..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar